RSS

AYAH (1)

Suatu ketika ada seorang anak yang bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja ia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suaranya yang terbatuk-batuk.

Anak wanita itu bertanya kepada ayahnya: “Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian bungkuk?” demikian pertanyaannya ketika ayahnya sedang bersantai di beranda.

Ayahnya menjawab:”Sebab aku laki-laki.” Itulah jawaban ayahnya. Anak wanita itu bergumam: “Aku tidak mengerti.” Dengan kerut kening karena jawaban ayahnya membuatnya penasaran.

Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya anak wanita itu, sambil menepuk nepuk bahunya, kemudian ayahnya mengatakan: “Anakku, kamu memang belum mengerti tentang laki-laki.” Demikian bisik ayahnya yang membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri ibunya lalu bertanya kepada ibunya: “Ibu, mengapa wajah ayah menjadi berkerut merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?”

Ibunya menjawab: “Anakku, jika seorang laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarganya itu memang akan demikian.” Hanya itu jawaban sang ibu.

Anak wanita itu kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran, mengapa wajah ayahnya yang tadinya tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi terbungkuk bungkuk?

Hingga pada suatu malam anak wanita itu bermimpi. Didalam mimpinya itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut , namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasannya selama ini.

“Saat Ku ciptakan laki-laki, Aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindungi.”

“Kuciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya.”

“Ku berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya.”

“Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya.”

“Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudaranya.”

“Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran pada anak-anaknya tentang masa kini dan saat yang akan datang, walaupun seringkali ditentang bahkan dilecehkan anak-anaknya.”

“Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa isteri yang baik adalah isteri yang setia kepada suaminya. Isteri yang baik adalah isteri yang senantiasa menemani , dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup, baik suka maupun duka, walapun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji kesetiaan yang diberikan kepada isterinya agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi.”

“Ku berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa laki-laki itu senantiasa berusaha selalu sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup dalam keluarga sakinah dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan bahwa sebagai laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya.”

“Ku berikan kepada laki-laki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah amanah didunia dan di akhirat.”

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, bersuci dan berwudhu, dan melakukan shalat malam hingga menjelang subuh. Setelah itu dia menghampiri bilik ayahnya yang sedang berdzikir, ketika ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan ayahnya.

“Aku mendengar dan merasakan bebanmu ayah.”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

jaguar mengatakan...

posting kali ini di dedikasikan untuk kebijakan dan rasa kasih sayang ayahku, ayahmu dan ayah kita semua. silahkan kirim apa aja pendapatmu tentang ayahmu kesini.
atau mungkin punya cerita atau kenangan dengan ayahmu, baik susah maupun senang dan yang benar-benar terkesan buatmu, silahkan tulis disini.
selain seorang ibu, ayah kita adalah yang terbaik bagi kita. love you Dad...