RSS

WHO dibikin gerah sama bu Menkes Indonesia

Memang gak salah presiden kita SBY telah memilih ibu Menkes Fadillah Supari.

Bu Menkes yang kelihatan kalem ini ternyata sangat bagus dalam aksinya. Salah satunya dia telah membuat gerah WHO dengan bukunya yang kontroversial tapi ternyata telah memberi sumbangsih yang begitu besar terhadap dunia kesehatan Indonesia khususnya dan umat manusia di dunia pada umumnya (loh ternyata bisa buat buku juga ya ibu Menkes...?)


Dalam bukunya yang berjudul Saatnya Dunia Berubah! TanganTuhan di Balik Virus Flu Burung ini bu Menkes menyinggung bahwa WHO telah telah tidak netral lagi dan telah berpuluh tahun berkonspirasi sehingga hanya menguntungkan salah satu negara saja. tahu mana negara itu? yap, Amerika yang di gembor-gemborkan sebagai negara superpower.

Konspirasi tersebut, kata Fadilah, dilakukan negara adikuasa dengan cara mencari kesempatan dalam kesempitan pada penyebaran virus flu burung.


"Saya mengira mereka mencari keuntungan dari penyebaran flu burung dengan menjual vaksin ke negara kita," ujar Fadilah kepada Persda Network di Jakarta , Kamis (21/2).


Tak ayal buku yang hanya di cetak sebanyak 2000 eksemplar ini pun menuai protes dari petinggi WHO dan WHO meminta Indonesia menarik buku yang telah beredar dalam 2 bahasa ini (Indonesia dan Inggris).


Sayangnya buku ini sudah kehabisan di pasaran, padahal aku sendiri juga minat lho. tapi jangan khawatir bagi temen2 yang memang pengen mendapat buku ini. Cos katanya buku ini sednag di cetak ulang, bahkan akan terbit jilid 2nya.


"Saat ini banyak yang meminta jadi dalam waktu dekat saya akan mencetak cetakan kedua dalam jumlah besar.. Kalau cetakan pertama dicetak penerbitan kecil, tapi untuk rencana ini, saya sedang mencari bicarakan dengan penerbitan besar," katanya bu Menkes.


Selain mencetak ulang bukunya, perempuan kelahiran Solo, 6 November 1950,mengatakan telah menyiapkan buku jilid kedua.

"Saya sedang menulis jilid kedua. Di dalam buku itu akan saya beberkan semuabagaimana pengalaman saya. Bagaimana saya mengirimkan 58 virus, tetapi saya dikirimkan virus yang sudah berubah dalam bentuk kelontongan. Virus yang saya kirimkan dari Indonesia diubah-ubah Pemerintahan George Bush," ujar menteri kesehatan pertama Indonesia dari kalangan perempuan ini.


Hampir sama seperti dengan apa yang ku dengar pada saat beliau (Bu Menkes) dialog dengan para jamaah masjid Kampus UGM jogjakarta, bulan Ramadhan kemarin.


Majalah The Economist London bahkan sampai menempatkan bu Menkes Fadilah sebagai tokoh pendobrakyang memulai revolusi dalam menyelamatkan dunia dari dampak flu burung.


"Menteri Kesehatan Indonesia itu telah memilih senjata yang terbukti lebih berguna daripada vaksin terbaik dunia saat ini dalam menanggulangi ancamanvirus flu burung, yaitu transparansi, " tulis The Economist.

The Economist, seperti ditulis Asro Kamal Rokan di Republika, edisi pekanlalu, mengurai, Fadilah mulai curiga saat Indonesia juga terkena endemik fluburung 2005 silam.

Ia kelabakan. Obat tamiflu harus ada. Namun aneh, obat tersebut justrudiborong negara-negara kaya yang tak terkena kasus flu burung.Di tengah upayanya mencari obat flu burung, dengan alasan penentuan diagnosis, WHO melalui WHO Collaborating Center (WHO CC) di Hongkong memerintahkannya untuk menyerahkan sampel spesimen.

Mulanya, perintah itu diikuti Fadilah. Namun, ia juga meminta laboratorium litbangkes melakukan penelitian. Hasilnya ternyata sama. Tapi, mengapa WHO CC meminta sampel dikirim ke Hongkong? Fadilah merasa ada suatu yang aneh. Ia terbayang korban flu burung diVietnam . Sampel virus orang Vietnam yang telah meninggal itu diambil dandikirim ke WHO CC untuk dilakukan risk assessment, diagnosis, dan kemudian dibuat bibit virus.Dari bibit virus inilah dibuat vaksin. Dari sinilah, ia menemukan fakta,pembuat vaksin itu adalah perusahaan-perusahaan besar dari negara maju dan kaya, yang tak terkena flu burung. Mereka mengambilnya dari Vietnam , negara korban, kemudian menjualnya keseluruh dunia tanpa izin. Tanpa kompensasi. Fadilah marah. Ia merasa kedaulatan, harga diri, hak, dan martabat negara-negara tak mampu telah dipermainkan atas dalih Global InfluenzaSurveilance Network (GISN) WHO.

Badan ini sangat berkuasa dan telah menjalani praktik selama 50 tahun. Mereka telah memerintahkan lebih dari 110negara untuk mengirim spesimen virus flu ke GISN tanpa bisa menolak..Virus itu menjadi milik mereka, dan mereka berhak memprosesnya menjadivaksin.Di saat keraguan atas WHO, Fadilah kembali menemukan fakta bahwa para ilmuwan tidak dapat mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan WHO CC..

Data itu, uniknya, disimpan di Los Alamos National Laboratoty di New Mexico ,AS.Di sini, dari 15 grup peneliti hanya ada empat orang dari WHO, selebihnya tak diketahui.Los Alamos ternyata berada di bawah Kementerian Energi AS . Di lab inilah duhulu dirancang bom atom Hiroshima . Lalu untuk apa data itu,untuk vaksin atau senjata kimia?

Fadilah tak membiarkan situasi ini. Ia minta WHO membuka data itu. Data DNAvirus H5N1 harus dibuka, tidak boleh hanya dikuasai kelompok tertentu. Ia berusaha keras. Dan, berhasil. Pada 8 Agustus 2006, WHO mengirim dataitu. Ilmuwan dunia yang selama ini gagal mendobrak ketertutupan Los Alamos ,memujinya.


Majalah The Economist menyebut peristiwa ini sebagai revolusi bagi transparansi. Tidak berhenti di situ. Siti Fadilah terus mengejar WHO CC agar mengembalikan 58 virus asal Indonesia , yang konon telah ditempatkan diBio Health Security, lembaga penelitian senjata biologi Pentagon.Ini jelas tak mudah. Tapi, ia terus berjuang hingga tercipta pertukaranvirus yang adil,transparan, dan setara.Ia juga terus melawan dengan cara tidak lagi mau mengirim spesimen virusyang diminta WHO, selama mekanisme itu mengikuti GISN, yang imperialistikdan membahayakan dunia.Dan, perlawanan itu tidak sia-sia. Meski Fadilah dikecam WHO dan dianggapmenghambat penelitian, namun pada akhirnya dalam sidang Pertemuan KesehatanSedunia di Jenewa Mei 2007, International Government Meeting (IGM) WHO diakhirnya menyetujui segala tuntutan Fadilah, yaitu sharing virus disetujui dan GISN dihapuskan.


Belum tahu bagaimana buku dari bu Menkes yang telah membuat gempar dan panas para petinggi WHO? Ini Bukunya


salam sukses dech buat bu Menkes, semoga bisa dipilih lagi di kabinet yang akan datang...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: